KERANGKA PENGEMBANGAN ORGANISASI

KERANGKA PENGEMBANGAN ORGANISASI

Syahrul Marham 

Pendahuluan

Setiap organisasi yang hadir di tengah masyarakat selalu menghadapi dinamika, baik sebab dari dalam maupun dari luar. Setiap masa menghadirkan dinamika yang berbeda, sehingga respons yang diberikan organisasi tidak boleh monoton, tetapi menyesuaikan dengan kondisi terkini. Tulisan ini mencoba memberi ulasan singkat tentang variabel-variabel internal organisasi yang dapat dikembangkan agar lebih adaptif terhadap perkembangan zaman yang sangat cepat.

 

Struktural Frame

Sebuah organisasi merupakan kumpulan dari dua orang atau lebih yang melakukan kerja sama untuk mencapai tujuan. Titik tekannya justru pada kerja sama, yang berarti bahwa orang-orang di dalam organisasi memiliki kapasitas yang berbeda tetapi bahu-membahu dalam proses pencapaian tujuan bersama. Pada organisasi yang sudah berkembang menjadi besar, tugas-tugas dibagi dan ditentukan siapa mengerjakan apa dan bagaimana keterhubungan satu unit dengan unit yang lain. Hal ini merupakan asumsi-asumsi dasar pendekatan struktural, seperti yang dikemukakan Bolman dan Deal:

1.      Organisasi ada untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi yang telah ditetapkan;

2.   Organisasi meningkatkan efisiensi dan kinerja melalui spesialisasi dan pembagian kerja yang jelas;

3.    Bentuk dan kendali yang tepat menjamin bahwa upaya-upaya individu yang beragam dan unit terhubung;

4.  Kerja terbaik organisasi ketika rasionalitas berlaku lebih dari preferensi pribadi dan tekanan-tekanan asing;

5. Struktur harus didesain untuk mencocokkan keadaan organisasi (termasuk tujuan, teknologi, dayakerja, dan lingkungan).

Masalah-masalah dan kesenjangan kinerja timbul dari kekurangan struktural dan dapat diperbaiki melalui analisis dan restrukturisasi. 

Human Resources Frame

Organisasi tidak dapat menjalankan fungsinya jika didukung oleh orang atau manusia yang berkualitas. Sehingga seorang pemimpin harus memperhatikan aspek ini dalam pengelolaan organisasi. Human Resource Frame dibangun pada beberapa asumsi dasar sebagai berikut:

a)      Organisasi ada untuk melayani manusia bukan sebaliknya;

b)      Orang dan organisasi membutuhkan satu sama lain. Organisasi butuh gagasan, energy, dan talenta; orang butuh karir, gaji, dan peluang;

c)      Ketika kecocokan antara individu dan sistem rendah, salah satu atau keduanya menderita. Individu dieksploitasi atau mengeksploitasi organisasi, atau keduanya menjadi korban.

d)     Kecocokan yang bagus bermanfaat bagi keduanya. Individu menemukan keberartian dan kepuasan kerja, dan organisasi mendapatkan talenta dan energy yang dibutuhkan untuk sukses.

Sangat jelas bahwa organisasi dan manusia merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Sebagai makhluk sosial, manusia secara alamiah cenderung untuk berhubungan dengan manusia lain dalam bentuk kerja sama untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Sehingga berorganisasi merupakan kebutuhan dasar manusia, bukan sebaliknya menjadi individualis. Dari sudut pandang ini, sesungguhnya organisasi sangat bergantung pada manusia, dan manusia membutuhkan organisasi untuk menunujukkan eksistensinya.

Political Frame

Terdapat lima hal yang menjadi sudut pandang tentang Political Frame terkait dengan penyelenggaraan organisasi, yakni:

a)  Organisasi merupakan koalisi dari individu-individu dan kelompok kepentingan yang berbeda;

b)  Terdapat “perbedaan abadi” di antara anggota koalisi mengenai nilai-nilai, kepercayaan, informasi, kepentingan, dan persepsi tentang realitas;

c)   Keputusan yang sangat penting mencakup alokasi sumber daya langka. Siapa dapat apa.

d)   Sumber daya langka dan perbedaan abadi membuat pusat konflik pada dinamika organisasi dan menggaris bawahi kekuasaan sebagai asset yang sangat penting;

 Tujuan dan keputusan timbul dari tawar-menawar, negosiasi, perebutan posisi di antara stakeholder yang bersaing.

Symbolic Frame

Symbolic frame menyaring ide-ide dari sumber yang beragama ke dalam beberapa inti asumsi, sebagai berikut:

·        Apa yang sangat penting bukan apa yang terjadi tetapi maknanya;

·      Kegiatan dan makna bergandeng secara longgar; peristiwa memiliki makna karena orang menafsirkan pengalaman secara berbeda;

·   Dalam menghadapi ambiguitas dan ketidakpastian yang meluas, orang menciptakan symbol-simbol memecahkan kebingungan, meningkatkan keteramalan, menemukan arahan, serta jangkar harapan dan keyakinan;

·      Banyak peristiwa dan proses lebih penting pada apa yang diekspresikan dari pada apa yang dihasilkan. Mereka membentuk permadani budaya tentang mitos sekuler, pahlawan, ritual, upacara, dan cerita yang membantu orang menemukan tujuan dan keinginan besar dalam kehidupan kerja dan pribadi mereka;

Budaya adalah “lem” yang melekatkan bersama organisasi dan unit-unit orang di sekitar kepercayaan dan nilai-nilai bersama.

Penutup

Menghadapi dinamika organisasi yang tidak menentu, seorang pemimpin dituntut untuk dapat memberikan formula yang tepat agar organisasi dapat bergerak seirama dengan perkembangan zaman. Formula yang dapat ditawarkan secara internal adalah kerangka struktural, sumber daya manusia, politik, dan simbolik

Selamat Berdiskusi  

---

---

Bahan: Lee G. Bolman, Reframing Organization; Artistry, Choice, and Leadership, San Fransisco: Jossey Bass, 2003.